Pada awal pergantian abad ke 18 secara resmi
pemerintahan Indonesia pindah dari tangan VOC ke tangan pemerintahan Belanda.
Setelah pada tahun 1795 ijinnya ditiadakan, pada tahun 1798 VOC dibubarkan
dengan saldo kerugian sebesar 134,7 juta gulden. Kemunduran serta kebangkrutan
VOC yang telah berjalan sejak awal abad ke -18 disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain pembukuan yang curang, pegawai yang tidak cakap dan korup, hutang
besar, serta sistem monopolinya dan sistem tanam paksanya dalam pengumpulan
bahan-bahan hasil tanaman penduduk menimbulkan kemerosotan moril baik para
penguasa maupun dari penduduk yang menderita dalam sistem paksaan itu dan
politik VOC yang konservatif, yang pada dasarnya tidak mencampuri susunan
ekonomi setempat, biar betapa kolotnya jua, melainkan cukup dengan menundukan
raja-raja setempat dan mengharuskannya membayar upeti berupa rempah-rempah dan
hasil bumi lain yang mendatangkan laba bagi VOC. Penghasilan tenaga produksi
yang kolot itu tidak seimbang dengan kenaikan ongkos administrasi, militer, dan
pengangkutan, maka akhirnya bangkrutlah VOC gara-gara politik ekonomi yang
konservatif itu kira-kira 200 tahun yang lalu. Perlu ditambahkan bahwa perang
Belanda melawan Inggris untuk merebut hegemoni perdagangan mengakibatkan
kerugian yang sangat besar sehingga mempercepat kebangkrutan VOC.
Pada awal pergantian abad ke 18 secara resmi
pemerintahan Indonesia pindah dari tangan VOC ke tangan pemerintahan Belanda.
Setelah pada tahun 1795 ijinnya ditiadakan, pada tahun 1798 VOC dibubarkan
dengan saldo kerugian sebesar 134,7 juta gulden. Kemunduran serta kebangkrutan
VOC yang telah berjalan sejak awal abad ke -18 disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain pembukuan yang curang, pegawai yang tidak cakap dan korup, hutang
besar, serta sistem monopolinya dan sistem tanam paksanya dalam pengumpulan
bahan-bahan hasil tanaman penduduk menimbulkan kemerosotan moril baik para
penguasa maupun dari penduduk yang menderita dalam sistem paksaan itu dan
politik VOC yang konservatif, yang pada dasarnya tidak mencampuri susunan
ekonomi setempat, biar betapa kolotnya jua, melainkan cukup dengan menundukan
raja-raja setempat dan mengharuskannya membayar upeti berupa rempah-rempah dan
hasil bumi lain yang mendatangkan laba bagi VOC. Penghasilan tenaga produksi
yang kolot itu tidak seimbang dengan kenaikan ongkos administrasi, militer, dan
pengangkutan, maka akhirnya bangkrutlah VOC gara-gara politik ekonomi yang
konservatif itu kira-kira 200 tahun yang lalu. Perlu ditambahkan bahwa perang
Belanda melawan Inggris untuk merebut hegemoni perdagangan mengakibatkan
kerugian yang sangat besar sehingga mempercepat kebangkrutan VOC.
0 komentar:
Posting Komentar